Jumat, 19 Agustus 2011

MANUSIA ‘AJULA

MANUSIA ‘AJULA

وَيَدْعُ الإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَائَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنْسَانُ عَجُولاً (الاسرأء :11)
“Dan manusia mendo`a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo`a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa – ‘ajula - ” (Q.S : 17 : 11).
Ayat diatas menjelaskan bahwa salah satu sifat manusia adalah tergesa-gesa (ajula), semuanya ingin cepat mendapat meskipun hanya sedikit, daripada mendapat banyak tapi tertunda. Dalam hal dia mengharap kebaikan ingin secepatnya diterima walaupun nilai kebaikan yang diterimanya itu lebih rendah dibndingkan apabila dia menunggu beberapa saat. Demikian pula dalam hal menghindar dari bencana atau marabahaya, manusia selalu ingin agar secepatnya terlepas dari bahaya itu, walaupun bahaya tersebut jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan bahaya yang akan menimpanya di waktu mendatang. Anehnya manusia banyak yang memilih terhindar dari bahaya yang sedikit di dunia ini, tetapi tidak takut dengan bahaya yang lebih besar nanti di akhirat. Begitu juga lebih memilih kebahgiaan yang sementara di dunia ini ketimbang kebahagiaan yang kekal nanti diakhirat.
Sifat ajula adalah sifat yang selalu bersarang pada pikiran manusia, yakni sifat ingin cepat mendapat kebaikan dan ingin cepat terhindar dari keburukan atau kesengsaraan. Sifat ini seolah biasa dan umum kita rasakan, namun terkadang manusia salah pilih dan salah pandang sehingga mengakibatkan manusia rugi sepanjang masa, dikira beruntung, tapi rupanya buntung, dikira tali pengikat rupanya tali penjerat, dikira kubang rupanya lobang. Untuk itu Allah perintahkan kita agar tidak tenggelam dalam sifat ajula tersebut, sebab sifat itu salah satu bentuk ujian bagi manusia dalam menempuh perjalanan hidup di alam fana sekarang ini. Karenanya sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak ada gunanya. Bila diperhatikan lebih jauh apa yang disinyalir Allah pada ayat tersebut diatas, paling tidak ada dua hal mendasar untuk kita renungkan yaitu;

1. Bersabar dalam menerima sesuatu.
Manusia hidup atas dasar tiada daya dan upaya kecuali sesuatu yang diberikan Allah (lahaula wala quata illa billah). Tiada kesenangan kecuali dari-Nya, tiada kesusahan kecuali dari-Nya pula, dan tiada ketaatan kecuali petunjuk (hidayah) dari- Nya juga. Oleh karena itu kesabaran sangat dibutuhkan dalam menerima dan melaksanakan semuanya itu. Nabi SAW menyatakan bahwa kesabaran itu harus ada pada tiga tempat, yaitu sabar menghadapi musibah, sabar menjalankan taat, dan sabar dalam menghindari maksiat”. (Usman bin Hasan; Duirratu al-Nashihin : 193).
Dengan kesabaran, orang kaya tidak akan lupa diri, orang miskin tidak akan berputus asa, tidak terlalu bergembira bila beroleh rahmat, dan tidak terlalu sedih bila ditimpa musiabah. Sebab “mungkin yang kamu anggap buruk itu akan baik bagi kamu, dan mungkin pula yang kamu anggap baik itu akan buruk bagi kamu” (Q.S : 2 : 216).
Tanpa kesabaran sering kali orang miskin mengeluh dengan kemiskinannya, orang susah mengeluh dengan kesusahannya, dia berupaya dan berusaha untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan dan kesusahannya itu dengan berbagai cara mungkin mencuri, merampok dan lain sebagainya. Muncullah dalam pemikirannya “orang kafir kok kaya-kaya, tapi orang yang taat malah jadi miskin” akhirnya dia tinggalkan ketaatan dan dia laksanakan pendurhakaan terhadap Allah SWT. Pemikirannya bukan lagi pada keimanan dan ketaqwaan, tetapi berpindah kepada materi duniawi yang menggiurkan. Kemuliaan tidak lagi berlandaskan agama, tetapi hawa nafsu yang durjana. Pola pikirnya bukan lagi keikhlasan dengan mengharap ridha Allah tetapi materi yang melimpah ruah, dia lakukan berbagai cara untuk mendapatkan materi tanpa mengenal batas-nbatas agama lagi. Orang yang berfikiran semacam itu sebenarnya telah diperingatkan Allah dengan firman-Nya;
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (الانعم : 44)
Artinya : Ketika mereka melupakan peringatan-peringatan yang telah diberikan kepada mereka kami bukakan semua pintu (kesempatan apa saja yang mereka inginkan) tetapi ketika mereka sedang bergembira ria dengan apa yang telah diberikan kepadanya, kami siksa mereka dengan tiba-tiba lalu mereka terdiam berputus asa. (Q.S : 6 : 44).
Dibukakannya semua pintu; artinya apa saja yang ingin mereka lakukan diberi kesempatan oleh Allah sehingga mereka memperoleh hasil dari apa yang mereka inginkan. Mereka ingin mencuri ada kesempatan, ingin merampok, korupsi, zina, judi, ada saja kesempatan untuk itu sampai mereka berhasil. Tetapi setelah mereka dapat memperoleh hasilnya, Allah akan mengambilnya kembali dengan seketika, mungkin hartanya disita, badan masuk penjara, keluarga kucar kacir, harta habis semuanya. Badan sakit-sakitan, anak nakal tidak karuan, sehingga menghabiskan uang yang selama ini dia kumpulkan. Akhirnya sampailah pada peringatan Allah yang berikutnya;
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى . قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا . قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى . وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (طه : 127)
Artinya : Barang siapa yang berpaling dari peringatanku (tidak mengindahkan ajaran Allah) maka kepadanya diberikan penghidupan yang sempit, dan pada hari kiamat nanti kami akan bangkitkan mereka dalam keadaan buta, sembari merintih menyesali nasib. Mereka berkata; Ya Tuhan kami mengapa engkau himpunkan aku dalam keadaan buta, padahal dulunya (sewaktu di dunia) aku ini termasuk orang yang melihat ?. Ketika itu Allah berfirman; rasailah ! dulu ayat kami telah datang kepadamu tetapi kamu berpura-pura tidak tau (melupakannya), maka pada hari ini kamupun dilupakan. Demikianlah kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuahannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (Q.S : 20 : 124 – 127).

2. Jangan sampai salah pilih
Di alam dunia ini manusia dihadapkan pada dua potret kehidupan yang serupa tapi tak sama, ada kehidupan dunia, tetapi ada pula kehidupan akhirat, ada kebahagiaan dunia ada pula kebahagiaan akhirat, ada kesengsaraan dunia tapi adapula kesengsaraan akhirat, demikianlah seterusnya. Dalam memandang kedua potret itu manusia selalu di ingatkan Allah agar jangan samapai salah pilih “akhirat itu lebih baik bagimu daripada kehidupan dunia ini” (Q.S : 93 : 4). Ayat tersebut mengingatkan kita agar selalu memprioritaskan ukhrawi ketimbang duniawi, namun bukan berarti meninggalkan dunia sama sekali tapi “pergunakanlah apa yang diberikan Allah kepadamu untuk mencapai tujuan akhirat, dan jangan lupa bagianmu dari dunia ini” (Q. S : 28 : 77).
Telah sangat banyak yang diberikan Allah kepada kita seperti kesehatan, harta, pangkat, jabatan, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Pergunakanlah kesemuanya itu untuk mencapai kebahagiaan akhirat, namun kebahagiaanmu di dunia inijangan pula kamu lupakan. Tetapi harus diingat bahwa dunia ini akan fana, tidak kekal. Kebahagiaan disini hanyalah kebahagiaan semu dan bersifat sementara, karenanya jangan sampai terlena dengan kebahagiaan yang sedikit dan semu itu, sementara kamu lupakan kebahagiaan yang kekal diakhirat nanti.
Peringatan Allah tersebut sangat urgen untuk kita renungkan, apalagi menghadapi era globalisasi yang diwarnai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dewasa ini, dimana orang selalu berfikir realistis, ekonomis dan materialistis. Segala sesuatu selalu diukur dengan materi, karenanya seringkali menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan materi. Tak ayal menjual agama untuk mendapatkan materi muncullah slogan berusaha sambil berinfaq, seolah-olah ummat ini tidak lagi mau berinfaq kalau tidak ada imbalan materi duniawi, tolong menolong tidak lagi berlandaskan agama, tetapi telah berubah menjadi ajang bisnis, sumbangan dan bantuan harus mengalami sunatan masal, tak pelak lagi bantuan untuk masjid dan korban bencana alam, pada hal kalau saja berinfaq dengan landasan ridha Allah semata “niscaya kamu akan diberi pahala dengan cukup sedangkan kamu sedikitpun tidak akan dirugikan”. (Q. S : 2 : 272)
Kenyataannya manusia condong memilih yang sedikit ketimbang yang banyak, memilih yang semu ketimbang yang kekal, sebab yang sedikit lebih cepat diterima di dunia ini, sedangkan yang kekal nanti di akhirat baru diterimanya. Oleh karena itu banyak manusia yang mengejar keuntungan yang sedikit dengan mengorbankan keuntungan yang banyak. Serbagai contoh kecil saja kita saksikan orang mau berhujan-panas bekerja dari pagi sampai larut malam hanya untuk mencari sesuap nasi, sementara shalat yang akan menyelamatkan hidupnya di dunia dan di akhirat nanti tidak dijalankannya. Pada hal apalah artinya kekayaan dunia dibandingkan dengan kekayaan akhirat yang dijanjikan Allah. Manusia selalu menghindar dari kesengsaraan dunia, sementara dia kejar kesengsaraan akhirat pada hal kesengsaraan akhirat jauh lebih dahsyat dan mengerikan dibandingkan kesengsaraan dunia. Oleh karena itu Allah peringatkan janganlah jadi manusia ‘ajula, yaitu ingin cepat mendapat kebahgiaan dunia dengan mengorbankan kebahgiaan akhirat. Ingin cepat terlepas dari kesengsaraan dunia, tetapi mengejar kesengsaraan akhirat.
Sebagai kesimpulan dari urai tersebut diatas, manusia sebaiknya tidak bersifat tergesa-gesa ( ajula). Tetapi berupaya dan berusaha dengan mengutamakan kepentingan ukhrawi tanpa harus melupakan kepentingan duniawi, sebab kebahagiaan ukhrawi lebih besar dan lebih kekal dibandingkan duniawi. Demikian pula janganlah kesengsaraan dan kesusahan duniawi akan menjauhkan kita dari Allah, sebab kesengsaraan ukhrawi jauh lebih dahsyat dibanding dengan kesengsaraan duniawi.
TASAWUF CENTRE PUSAT PENGEMBANGAN TASAWUF DAERAH LAMPUNG

Kamis, 04 Agustus 2011

Slideshow Pembangunan Masjid TQN

Pembangunan Masjid Tqn Lampung Slideshow

Pembangunan Masjid Tqn Lampung Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ Pembangunan Masjid Tqn Lampung Slideshow ★ to Bandar Lampung. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

TASAWUF CENTREPUSAT PENGEMBANGAN TASAWUF DAERAH LAMPUNG

Sabtu, 16 Juli 2011

TASAWUF PADA MASA NABI SAW

Meskipun nama sufi dan tasawuf belum dikenal orang dalam abad Islam pertama, karena nama tasawuf baru dipakai setelah dua atau tiga generasi Islam, namun secara fenomenologi ia telah ada sejak generasi pertama. Abu Hasan Fusyanja mengatakan:
التصوف اليوم اسم ولا حقيقة وقد كان حقيقة ولا اسما
“Tasawuf pada masa sekarang adalah sebuah nama tanpa hakikat, tetapi semula ia adalah suatu hakikat tanpa nama”.
Al-Hujwiri menafsirkan pernyataan ini dengan berkata “dimasa shahabat Nabi dan Tabi’in, nama tasawuf belum muncul namun kenyataannya ada pada setiap orang. Tetapi sekarang nama itu muncul, namun tidak dalam kenyataannya”. Lebih jauh lagi akar tasawuf dapat ditemui pada praktek-praktek spiritual dimasa sebelum Islam yang telah dikenal oleh para petapa yang tersebar di tanah Arab dan dikenal sebagai Hunafa’, dan Rasulullah SAW menjadi wakil dari praktek mistikisme peninggalan leluhurnya, Nabi Ibrahim dan Ismail A.s. pada salah satu penyendiriannya (tahannuts) di gua hera’ beliau menerima wahyu al-Quran yang pertama. Dengan demikian kehidupan sufi sudah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya. Terdapat banyak contoh amaliah sufi yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW selama hidupnya bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul. Ini membuktikan bahwa ajaran tasawuf bukan meruapakan adopsi dari ajaran diluar Islam, bahkan Buya Hamka mengatakan “tasawuf Islam telah tumbuh sejak tumbuhnya agama Islam itu sendiri. Bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Nabi Muhammad SAW, disauk airnya dari dalam al-Quran sendiri”.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW dalam kesehariannya adalah kehidupan sufi yang murni dan menjadi inti dari kehidupan Islam yang sebenarnya. Secara totalitas dari kehidupan Nabi SAW tersebut menjadi contoh tauladan bagi siapa saja yang menginginkan kehidupan sejahtera lahir dan batin serta selamat didunia dan diakhirat. Oleh karena itu segala perilaku, perbuatan dan perkataan beliau menjadi landasan amaliah para sahabat dan kaum sufi yang hidup sesudahnya. Diantara praktek amaliah sufi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah sebagai berikut;

1. Khalwat sebagai upaya membersihkan hati;
Khalwat yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Gua Hira’ merupakan bukti nyata amaliah sufi yang beliau lakukan dengan tujuan untuk mengembalikan kesucian jiwa (tahannuts) dari pertualangannya di alam fana ini kealam lahut tempat dimana seluruh arwah berasal. Bertahun-tahun lamanya beliau menyendiri beruzlah dan berkhalwat siang dan malam sendirian di Gua Hira’dengan berbekal makanan seadanya. Beliau duduk tafakkur berdzikir kepada Allah dengan sempurna sehingga terputus hubungannya dengan apa dan siapa kecuali hanya kepada Allah saja. Beliau lepaskan keterpautan hatinya dengan dunia, hawa dan nafsu dengan tujuan untuk membersihkan hati dan memerdekakan ruhani dari kekotoran dan keterikatannya dengan dunia ini. Ini terbukti dengan kebersihan hati yang sampai pada kesempurnaan jiwanya, Nabi SAW mampu menerima kalam Ilahy yang Maha Suci pertama kalinya berupa perintah kepada beliau untuk terus menerus membaca nama Allah yang telah menjadikan manusia dari segumpal darah (‘alaqah). Dia pula yang mengajar manusia apa yang sudah dan belum diketahuinya.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (العلق : 1 – 4)
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S : al-‘Alaq : 1 – 4)
Muhammad SAW sebagai contoh (Uswatun Hasanah) bagi manusia secara keseluruhan, mengaplikasikan perintah tersebut dalam kehidupannya terutama semenjak beliau menerima perintah itu, yaitu membaca segala sesuatu yang ada di alam ini atas nama Allah karenanya sejak itu pula beliau mulai berperan sebagai Rasul Allah. Artinya semua perbuatan, perkataan, tingkah laku, dan budi pekertinya menjadi pantulan cahaya secara langsung dari Allah SAW.

2. Hidup sederhana
Hidup sederhana merupakan bagian dari kehidupan Nabi SAW. dalam rangka mengeratkan tali pengikat hubungannya dengan Allah, karena kesederhanaannya itu Jibril A.s. pun terharu melihatnya. Jibril datang menjumpai Nabi dan menyampaikan tawaran Allah kepadanya; Ya Muhammad ! manakah yang kau sukai, menjadi Nabi yang kaya raya seperti Nabi Sulaiman, atau menjadi nabi yang miskin seperti nabi Ayub ?. Muhammad SAW menjawab; “Aku lebih suka kenyang sehari, lapar sehari. Jika kenyang aku bersyukur kepada Allah, dan jika lapar aku bersabar atas cobaan tuhanku”.
Bukti kesederhanaan beliau terlihat pula ketika pada suatu hari beliau tidur dengan beralaskan sehelai tikar yang teranyam dari daun kurma, separoh tikar itu untuk alas punggungnya, dan separoh lagi ditarik untuk selimut, ketika beliau bangun terlihat jelas anyaman tikar itu membekasa dipunggung dan pipinya. Ibnu Mas’ud seorang shahabat terdekat dengan beliau menyaksikan langsung kejadian itu dengan linangan air mata jatuh membasahi pipi terisak menangis, karena nabi yang mulia dan agung, dimuliakan Allah, dihormati oleh seluruh makhluk yang ada di bumi dan di langit, yang bila beliau mau Allah akan mengabulkan dengan segera apa saja yang beliau minta, ternyata beliau hidup sangat sederhana, namun beliau tidak pernah mengeluh walau sedikitpun atas kesederhanaannya itu. Dengan perasaan haru, bibir gemetar, airmata bercucuran, Ibnu Mas’ud berkata kepada Rasul; Ya Rasulullah, izinkan saya mengambil sebuah bantal untuk alas kepalamu agar tidak terasa sakit. Rasul menatap wajah Ibnu Mas’ud seraya berkata; Tidak ada hajatku untuk itu wahai sahabatku. Aku ini laksana seorang musafir diperjalanan ditengah padang pasir yang luas dengan terik mentari yang panas, aku singgah agak sesaat disebuah pohon kayu nan rindang, aku rebahkan tubuhku sekedar melepas lelah untuk kemudian meneruskan perjalananku yang panjang menuju Tuhanku.
Hidup didunia ini diibaratkannya sebagai perjalanan yang panjang untuk menuju Allah. Kesempatan untuk menempuh perjalanan tersebut perlu digunakan dengan maksimal, sebab waktu yang tersedia sangat terbatas. Bahkan beliau menyarankan kepada para sahabatnya – sekaligus untuk ummatnya – agar menjadikan dunia ini sebagai tempat persinggahan sementara, dan menggunakan segala kesempatan untuk mencari bekal dalam perjalanan menuju Allah. Nabi bersabda;
عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَعْضِ جَسَدِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَعُدَّ نَفْسَكَ فِي أَهْلِ الْقُبُورِ فَقَالَ لِي ابْنُ عُمَرَ إِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالْمَسَاءِ وَإِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالصَّبَاحِ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِي يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ غَدًا (رواه ترمذي)
Artinya: Mujahid meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata; Ketika Rasulullah SAW memegang badanku beliau berkata; jadilah kamu di dunia ini seperti orang pendatang atau seorang perantau, dan siapkanlah dirimu untuk masuk kedalam kubur. Kemudian Mujahid berkata; Ibnu Umar berujar kepadaku, bila kamu berada pada waktu pagi, janganlah kamu mengira dirimu akan sampai petang, dan bila kamu berada pada waktu petang janganlah kamu mengira akan sampai pagi lagi. Oleh karena itu pergunakanlah sehatmu sebelum datang waktu sakit, hidupmu sebelum mati sebab kamu tidak tahu wahai Abdullah, apa namamu besok hari – apa masih manusia hidup atau sudah menjadi mayat – (H.R. Turmudzi).
Pola kesederhanaan Rasulullah SAW bukan saja diperaktekkan oleh diri beliau secara individu, tetapi beliau terapkan dalam kehidupan keluarganya. Hampir semua pengarang yang menulis sejarah hidup Nabi Muhammad SAW menceritakan bahwa rumahtangga beliau sepanjang masa selalu berada dalam kesederhanaan, tidak ada perabot rumah tangga yang tergolong mewah, bahkan alat rumah tangga yang diperlukan sehari-haripun jarang didapat, makanan lezat dan enak jarang sekali dirasakan, bahkan makanan pokok saja berupa roti kering yang terbuat dari tepung kasar atau satu dan dua biji kurma yang dibutuhkan setiap harinya belum tentu ada setiap waktu makan. Seringkali beliau berpuasa disiang hari lantaran sejak pagi sampai sore tidak ada makanan yang dapat dimakan. Dalam riwayat disebutkan bahwa ketika pagi hari beliau menanyakan kepada isterinya Siti Aisyah R.a. “Adakah makanan yang dapat kita makan dipagi hari ini wahai Aisyah ?. Aisyah menjawab; “tidak ada Ya Rasulullah”. Kalau begitu saya akan berspuasa saja kata Rasul.
Imam Bukhari menceritakan bahwa Aisyah R.a pernah mengeluh kepada keponakannya yang bernama Urwah dengan berkata; “Lihatlah Urwah, kadang-kadang berhari-hari dapurku tidak menyala dan aku bingung jadinya. Urwah bertanya; “Apakah yang menjadi makananmu sehari-hari ?, Aisyah menjawab; “Paling untung yang menjadi makanan pokok itu korma dan air, kecuali kalau ada tetangga-tetangga Anshar mengantarkan sesuatu kepada Rasulullah, maka dapatlah kami merasakan seteguk susu”. Aisyah R.a menambahkan bahwa keluarga Muhammad SAW dalam satu hari tidak pernah makan sampai dua kali, dan paling banyak makanan tersimpan di rumah tidak lebih dari sepotong roti yang dimakan oleh tiga orang.
Pada suatu hari Rasulullah SAW masuk Masjid, rupanya di dalam Masjid itu sudah ada Abu Bakar dan Umar R.a. Rasul bertanya kepada mereka berdua; “mengapa kalian berdua datang ke Masjid ini”. Keduanya menjawab; kami lagi menghibur lapar. Lalu Nabi SAW juga berkata; “saya juga menghibur lapar”, kalau begitu kata Nabi SAW mari kita kerumah Abu al-Hisyam barang kali ada makanan di situ. Berangkatlah mereka bertiga kerumah Abu al-Hisyam tersebut. Sesampainya disana beliau bertiga disambut oleh Abu al-Hisyam dengan penuh kegembiraan, langsung saja Abu Hisyam memerintahkan isterinya dan anak buahnya untuk membuat roti dan memotong seekor kambing. Setelah semuanya beres dihidangkanlah makanan itu dengan beberapa gelas air, merekapun makan bersama-sama. Sambil makan Rasul SAW berkata; “rasanya tidak ada makanan yang lebih nikmat dari ini”.
Hidup sederhana yang dialmi oleh Rasulullah SAW besarta keluarganya itu tentu bukanlah disebabkan ketidak mampuannya mendapatkan harta yang melimpah, atau makanan lezat yang bergizi tinggi, tetapi beliau memberi contoh kepada ummatnya bahwa kenikmatan dan kelezatan ukhrawi lebih pantas untuk dicari ketimbang kelezatan duniawi, kalau beliau mau apapun yang beliau minta dari Allah pasti dikabulkan-Nya. Hal ini pernah ditawarkan Allah SWT melalui Jibril A.s. untuk memilih apakah akan menjadi Nabi yang kaya raya seperti Nabi Sulaiman, A.s. atau menjadi Nabi yang miskin seperi Nabi Ayub A.s. ternyata Nabi SAW lebih memilih kenyang sehari dan lapar sehari (miskin) karena jika kenyang ada alasan untuk bersyukur, dan ketika lapar ada alasan untuk bersabar. Nabi SAW lebih memilih kebahagiaan hidup di akhirat ketimbang kemewahan duniawi, karena beliau tau persis bahwa kekurangan harta dunia bukanlah indikator dari kebencian Allah terhadap hamba-Nya, sedangkan kebahgaiaan akhirat tentu lebih utama untuk dicari ketimbang dunia ini, sebagai mana firman Allah yang berbunyi;
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى . وَلَلآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الأُولَى . وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (الضحى : 3 – 5)
Artinya: Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari dunia ini. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (al-Dhuha : 3 – 5)

3. Zuhud terhadap dunia
Hidup zuhud terhadap dunia menjadi pakaian yang melekat dalam kehidupan Nabi SAW. Zuhud artinya melepaskan ketergantungan dengan duniawi, seperti ketergantungan hati kepada harta, pangkat, jabatan dan lain sebagainya dari berbagai bentuk kehidupan duniawi. Pakaian zuhud ini bukan saja menjadi pakaian beliau sehari-hari, tetapi juga menjadi ajaran yang beliau sampaikan kepada para sahabatnya. Nabi bersabda; “Zuhudlah kamu terhadap dunia, pastilah Allah mencintaimu. Dan zuhudlah kamu terhadap apa yang ada ditangan manusia, pastilah kamu dicintai manusia”. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah melewati seekor kambing yang sudah mati, lalu beliau bersabda kepada sahabatnya; “tahukah kamu kambing ini hina bagi yang memilikinya ? Para sahabat menjawab “karena kehinaannya itulah maka mereka melemparkannya”. Kemudian Nabi bersabda “Demi Allah yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh dunia ini lebih hina dari kambing ini bagi pemiliknya. Seandainya dunia ini memadai disisi Allah dengan selembar sayap nyamuk, tentu Dia tidak akan memberi minum pada seorang kafir dengan seteguk air”. Nabi SAW bersabda lagi “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir”. Abu Hurairah menceritakan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda;
أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ (رواه الترمذى)
Artinya: Ketahuilah bahwa dunia ini dilaknati, dan dilaknati juga apa yang ada didalamnya, kecuali dzikir kepada Allah, dan apa saja yang mengikutinya serta orang yang tau atau orang yang mencari tau (belajar)”. (H.R. Turmudzi).
Abu Musa al-Asy’ari berkata; Rasulullah SAW bersabda; “Orang yang mencintai dunia, pastilah dia akan mengenyampingkan akhiratnya. Dan orang yang mencintai akhirat, pastilah dia akan mengenyampingkan dunianya. Oleh karena itu utamakanlah yang abadi atas yang temporer”. Pada suatu ketika Rasulullah SAW bersama beberapa orang sahabat berdiri didekat tempat sampah, lalu belai bersabda; “mari kita perhatikan dunia”, kemudian beliau mengambil beberapa pakaian usang yang telah rusak diatas tempat sampah itu dan beberapa tulang yang telah hancur, beliau bersabda; Ini adalah dunia sebagai suatu isyarat bahwa sesungguhnya perhiasan dunia akan usang seperti pakaian ini.Sesungguhnya tubuh-tubuh yang engkau lihat akan menjadi tulang belulang yang hancur”. Nabi SAW berkata pula; “Sesungguhnya dunia adalah sesuatu yang manis dan hijau, sedang Allah menjadikan kamu penguasa didalamnya. Lalu Dia melihat bagaimana kamu berbuat. Sesungguhnya kaum bani Bani Israil setelah dilapangkan dunianya, mereka menjadi bingung gemerlapan perhiasan, perempuan, wangi-wangian dan pakaian”.
Pakaian zuhud juga melekat pada keluarga Nabi SAW. hal ini terlhiat ketika pada suatu waktu Nabi SAW pulang kerumah isterinya Siti Khadijah R.a. didapainya Siti Khadijah sedang terisak menangis, lalu Nabi berkata; Wahai Khadijah apakah yang menyebabkan kamu menangis ? Apakah karena harta kekayaanmu telah habis dipergunakan untuk perjuangan Islam ini ?. Khadijah dengan cucuran air matanya sambil berkata; “Ya Rasulullah ! bukan itu yang aku tangiskan, tapi memikirkan bagaimana perjuanganmu nanti menegakkan Islam ini sekiranya saya telah berpulang kerahmatullah. Saya ini sudah tua Ya Rasulullah, sedangkan perjuanganmu menegakkan Islam ini belum selesai. Andaikan nanti Allah mentakdirkan saya mati terlebih dahulu, sedangkan engkau akan menyiarkan Islam ini disuatu tempat yang membutuhkan jembatan sedangkan aku telah berada dialam kubur, galilah kuburku nanti Ya Rasulullah, ambillah tulang belulangku untuk engkau jadikan jembatan agar dapat sampai ketempat yang dituju untuk menyampaikan Islam ditempat itu”.
Beberapa waktu kemudian Rasulullah SAW mengajak Siti Khadijah jalan menelusuri kaki buki Uhud sambil membawa sebuah keranjang. Sesampainya beliau berdua di kaki bukit tersebut Rasulullah SAW mengambil sebuah batu sebesar tinju yang ternyata sebingkah emas, lalu diberikannya kepada Siti Khadijah sambil berkata; Ambillah ini sebagai Rizki dari Allah, lalu dimasukkan kedalam keranjang yang dibawa oleh Siti Khadijah tersebut. Siti Khadijah sangat heran namun tidak berani bertanya, cuma saja didalam hati bertanya-tanya ada gengan apa ini. Setelah itu beliau berdua meneruskan perjalanan menuju keatas bukit uhud tersebut, sesampainya dipertengahan Rasul SAW mengambil sebuah batu yang lebih besar dari yang pertama tadi, ternyata juga sebingkah emas murni. Beliau berikan batu emas itu kepada Siti Khadijah dengan memasukkannya kedalam keranjang yang dibawa Siti Khadijah itu, beliau berkata; ambillah ini sebagai rizki dari Allah. Lagi-lagi Siti Khadijah terdiam dengan penuh pertanyaan didalam hati. Kemudian beliau berdua meneruskan perjalanan menuju puncak bukit uhud itu, ternyata tidak lama kemudian Rasulpun mengambil sebuah batu yang lebih besar lagi yang ternyata juga sebingkah emas murni. Rasul SAW memberikannya kepada Siti Khadijah dan memasukkannya kedalam keranjang sambil berkata; Ambillah ini sebagai rizki dari Allah. Akhirnya dengan linangan air mata jatuh membasahi pipi Siti Khadijah berkata; Ya Rasulullah! Bukan ini yang aku cari, aku tidak mencari dunia, tapi keridhaan Allah dan Rasul-Nya yang aku harapkan. Lalu Siti Khadijah membuang tiga bingkah emas tersebut.
Dalam banyak riwayat Nabi SAW menjelaskan posisi dunia ini bagi manusia. Abu Hurairah menceritakan bahwa dia pernah diajak oleh Nabi SAW melihat sebuah jurang dari beberapa jurang yang ada di Kota Madinah. Rasul bersabda; Ya Abu Hurairah maukah kamu saya perlihatkan dunia ini dan apa yang ada didalamnya ?. Abu Hurairah menjawab; mau ya Rasululullah ! lalu beliau membimbing tanganku dan memabawaku kesalah satu jurang dari beberapa jurang yang ada di kota Madinah. Ternyata didalamnya terdapat tempat-tempat sampah yang berisikan tengkorang manusia, kotoran-kototran, pakaian usang, dan tulang belulang., kemudian bersabda;
“Hai Abu Hurairah, kepala-kepala ini pernah rakus seperti kerakusanmu, dan berangan-angan seperti angan-anganmu, tetapi dikemudian hari dia menjadi tulang tanpa kulit dan kemudian menjadi abu. Dan kotoran-kotoran ini berasal dari bermacam - macam makanan yang telah mereka kumpulkan dari berbagai tempat tanpa memandang halal atau haram. Tetapi kemudian makanan itu dilemparkan kedalam perut dan akhirnya manusia berdesakan. Dan ini pakaian-pakaian mereka yang kemudia diombang-ambingkan angin. Dan tulang-tulang ini berasal dari tulang belulang binatang yang mereka kendarai dan pernah mereka gunakan untuk menjelajah pingiran-pinggiran negeri ini. Maka barang siapa yang menangisi dunia, maka hendaklah dia menangis. Akhirnya kami menangis dan tidak beranjak dari tempat itu sampai tangisan kami semakin keras”.
Ketika Rasulullah SAW berkhutbah beliau menyampaikan bahwa “orang-orang mukmin selalu berada pada dua kekhawatiran; Pertama, khawatir masa yang telah lalu, yang tidak diketahui bagaimana Allah menilai amal perbuatannya dan apa yang akan diperbuat oleh Allah terhadap dirinya sebagai akibat dari perbuatannya itu. Kedua; Khawatir masa yang akan datang karena dia tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan Allah bagi dirinya. Oleh karena itu hendaklah kamu perbanyak bekal untuk dirimu sendiri, dunia untuk akhirat, muda untuk masa tua, hidup untuk mati, karena dunia ini diciptakan untuk kamu dan kamu diciptakan untuk akhirat. Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidak ada taubat setelah mati, dan tidak ada perkampungan sesudah dunia ini kecuali surga atau neraka”.

4. Taubat dan ibadah
Fakta sejarah menunjukkan bahwa selama hayatnya, segenap prikehidupan Muhammad menjadi tumpuan perhatian masyarakat, karena segala sifat terpuji berhimpun pada dirinya. Bahkan beliau merupakan lautan budi yang tidak pernah kering meskipun diminum oleh semua makhluk. Amal ibdah yang beliau lakukan tiada bandingannya. Dalam riwayat, Rasulullah SAW beristighfar dalam satu hari satu malam tidak kurang dari 100 kali. Shalat tahajjud dan witir yang beliau lakukan tidak pernah terputus setiap malamnya, meskipun kakinya pecah-pecah karena terlalu sering terkena air. Apabila pada suatu malam beliau berhalangan melakukan shlat tahajjud, segera saja keesokan paginya beliau ganti (qdha’) sehingga kekosongan pada malam itu segera terisi pada besok paginya. Dengan demikian ibdahanya beliau tidak terganggu. Dalam bermunajat kepada Allah, perasaan khauf dan raja’ selalu diiringi dengan isak tangis yang sedu sedan, sampai jenggot dan surbannya basah terkena air mata.

Rabu, 15 Juni 2011

KALAM HIKMAH

Kalam Hikmah Syaikh Maulana Hizboel Wathony
Tanda-tanda orang mendapat petunjuk JALAN ILAHIYAH, akan dipertemukan dengan SYAIKH MURSYID sebagai pembimbingnya. Sungguh amat NISTA bagi yang tidak mendapat PETUNJUK itu.

Al-Hikam Ibnu Atho'illah

sebaik baik waktumu adalah kapan engkau menyadari
kekuranganmu,dan engkaupun kembali mengakui kerendahanmu.
Kemajuan spritual sesungguhnya hanya akan di capai dengan mengalami berbagai keterbatasan,penderitaan dan kesusahan.Jika diri dijauhkan dari kesenangan kesenangannya serta direndahkan, maka pintupintu cahaya dan mata batin akan terbuka. Jika salik benarbenar tak berdaya maka ia akan tetap bersama yang maha kuat.

Perkataan -ku
1. MencariMu kehilangan diriku, mencariku kutemukan diriMU, entah dimana gerangan diriku.
Ku menatap denganNya, ku menatap didalamNya, tapi benarkah aku menatap olehNya? "Tengoklah kedalam hatimu" KataNya "Jika olehKu engkau menatap, maka Engkau berada dalam barisan semua yang Kuciptakan“ Dan ,“Jika olehmu engkau menatap, maka engkau pada barisan yang menciptakanku”.

2. Tanda diri masih terliputi nafsu dunia adalah gembira disaat berhasil dan sedih tatkala gagal. Salik yang Mujahid melihat baik keberhasilan maupun kegagalan adalah dua hal yang fana dan lebih memilih Yang Baqo.
Isyarat Sampainya salik pada Ilmul Yakin adalah dibukakan pintu neraka Jahim. Maka bagi yang Alim Robbaniyah tiadalah takut maupun gentar memasuki lembah-lembah neraka. Karena melihat fajar Ainul Yakin muncul dibalik duka lara.

Hadist
Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

TINGKAT KEYAKINAN

1. Hm..ada cerita lama
Disuatu masa, berceritalah seorang tua dengan
anaknya. Bahwa ada pendekar silat bertarung dengan
seekor harimau, sang pendekar menang dan
harimau kalah. Anaknya percaya saja…walaupun
anak tersebut tidak melihatnya
(“PERCAYA=YAKIN”) orang tua yang
cerita…percayalah, karena takut durhaka.

2. Pada suatu hari, anak itu berjalan ditengah hutan
rimba. Dia melihat pendekar silat bertarung dengan
seekor harimau. Sang pendekar menang.
Meningkatlah ia dari YAKIN menjadi “AINAL YAKIN”
(AIN=mata), karena melihat sendiri pendekar
mengalahkan harimau. Namun jika ia dikejar harimau, MASIH lari terbirit-
birit (YAKIN, AINAL YAKIN masih DUSTA kata
Rasul…)

NAH…sekarang HAQQUL YAKIN
3. Belajar silat-lah anak itu bersama guru
(pendekar) tersebut….dan pergilah ia ke hutan rimba.
Dicarinya harimau dan bertarunglah ia dengan
harimau itu. Menang dia. HAQQUL YAKIN lah dia..

Kamis, 17 Maret 2011

PEMBANGUNAN MASJID AL-ARAFAH PUSAT PENGEMBANGAN TQN PONPES SURYALAYA-LAMPUNG

Nama : Masjid TQN PP.Suryalaya-Lampung
Alamat :Jl.Raya Haji Mena Natar Lampung
Ukuran :24 X 33m
Luas Tanah : 11200m

Penanggung Jawab:
Drs.H.Muhammad Rusfi, MA (wakil talqin wilayah lampung)
Jl. Raden Pamuka No.7. Telp.(0721)707426 HP. 081279321124 Gunung Sulah Bandar Lampung 35136

BAGI IHWAN YANG INGIN MEMBANTU TERWUJUDNYA MASJID TQN INI DAPAT MENGHUBUNGI PANITIA ATAU MENGIRIMKAN BANTUANNYA MELALUI REKENING:

BRI Cabang Tanjung Karang,
No.Rekening : 0098-01-039812-50-0, An Mohammad Rusfi

PELANTIKAN PENGURUS YSB PPS KORWIL LAMPUNG

Dalam perjalanan YSB PPS Korwil Lampung telah banyak aktifitas yang dilakukan. Pada tanggal 14 Februari 2011 telah dilaksanakan pelantikan pengurus YSB PPS Korwil Lampung untuk masa khidmad 2011 - 2016 untuk itu mohon doa dan dukungannya agar pengurus yang baru di lantik tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sempurna. semoga Allah senantiasa menunjukkan jalan terbaik untuk kita semua. amin.

SUSUNAN PENGURUS YAYASAN SERBA BAKTI PONDOK PESANTREN SURYALAYA KOORDINATOR WILAYAH PROPINSI LAMPUNG MASA HIDMAT 2011 – 2016

------------------------------------------------------------------
I. PEMBINA
Ketua : H. Yusa’ari Supadin, SE
Anggota 1. H. Hasan Muttaqin
2. Drs. H. Asman Bakri Sam
3. H. Kholidan Rine, SH
4. H. Rejab, SE
II. PENGURUS
Ketua Umum : Drs. H. Mohammad Rusfi, MA
Ketua I (Perencanaan dan Pengembangan) : H. Kholas
Ketua II (Operasional) : Edi Suryadi
Ketua III (Usaha, harta, dana) : H. Arjon
Sekretaris Umum : Muhammad Irfan, S.H.I, M.Sy
Sekretaris I : Amrullah Zainuri, S.Psi
Sekretaris II : Syahrial
Sekretaris III : Sahyudi, Amd. S.Sos.I
Bendahara Umum : H. Faizudin, SH, MH
Bendahara I : Drs. Ismail
Bendahara II : H. Dwi Purwanto

III. BIDANG-BINDANG
Bidang Ibu Bela
Ketua : Hj. Ummi Yusnani
Anggota 1.Hj. Ida Farida
2.Suryati Junjungan
3.Hj. Yulismawati
4.Surmaini
5.Yuningsih
6.Marna Sudaria
7.Ratna Juwita
8.Hj. Suzanna Arif
9.Hj. Nuriah
10.Ny. Edi Suryadi
11.Ny. H. Kholas
12.Ny. H. Arjon
13.Ny. H. Dwi Purwanto
14.Ny. Burhanudin
15.Ny. Asbihan
16.Ibu Parno
Bidang Ilmu dan Dakwah
Ketua : Drs. H. Zaidi Arifin
Anggota 1. Dalailul Khairat, S.Ag. MTA
2. Embah Narto
3. Mukhlisin
4. H. A. Basuki
Bidang Usaha
Ketua : Ir. H. Ediwiyanto
Anggota 1. Adi Nugraha, SE
2. Risdiyanto, S.Hut
3. Buyung Syuhada
4. Bambang Umiyanto
Bidang Humas
Ketua : H. Burhanudin, S.Pd.I
Anggota 1. Bayumi
2. Rahmat
3. Damang
4. Madlul
Bidang Organisasi
Ketua : Drs. Mohammad Machrus, M.SI
Anggota 1. Drs. Bainal Huri Halim, M.Kom.I
2. Drs. Suhaimi
3. H. Edwar
Bidang Hukum
Ketua : Alman Faluti, SH
Anggota 1. Drs. H. Bulkaini
2. Arsamudin, S.Pd
3. Sahnan
Pembantu Umum
Ketua : Nasrun
Anggota 1. Isbani
2. Ansori
3. Saefudin
4. Marudin
5. A. Yanta
6. Tumino
IV. PENGAWAS
Ketua : H. Lilik Sonali
Anggota 1. H. Rusdi Zainul
2. Drs. Alkok Joharnain
3. Pramono

Ditetapkan di : Suryalaya,
Pada Tanggal : 14 Februari 2011
--------------------------------------------------

Ketua Umum


H. MAHPUDIN TAKA
Marsekal Muda TNI (Purn)

Sekretaris Umum


H. EDI KARMAN, S.Ag